Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama.
Berhayal tinggal di sebuah cluster lengkap dengan segala fasilitas yang wah adalah impian ku, mungkin percakapan ringan yang cetar membahana ala Jeng Feni seperti ini "Turun harga gila-gilaan cuman hari ini mulai dari 9 (sembilan) jutaan perbulannya, besok harga naik loh". Mulai hari ini segera set ulang otak mu "di mulai dari angka nol yah" :hammers
Mari lupakan hayalan tersebut! sejak awal menikah, tidak pernah terpikir untuk tinggal bersama mertua di jalan sunu, kedengarannya agak menyeramkan seperti yang di sajikan di sinetron menjelang hari gelap, sosok sang mertua dengan peran watak yang antagonis, tapi nyatanya tidak seperti itu, ahhh ternyata selama ini sudah tertipu oleh sinetron itu.
Tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni dengan formasi lengkap ada mertua, ipar, tante, keponakan memang terkesan sumpek tapi lama kelaman menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan, di saat waktu makan tiba, menjadi sebuah kebiasaan orang bugis adalah makan bersama, menurut ku seru-seru saja menyulap susana makan menjadi ramai dimana anak-anak kami dengan para sepupunya yang berebutan makanan, kakak ipar menawarkan makanan, merupakan pemandangan harmonisasi hidup yang seru.
Ada perubahan suasana hidup di jalan sunu, sejak kali pertama ku hijrah kesana banyak sesuatu yang tidak biasa, dari tahun ketahun perubahan wajah jalan sunu yang sudah di geluti dengan bisnis, mulai dari yang bermodal gwede sampai cuman modal lembaran brosur, cobalah mulai mengamati dan berhitung model bisnis disana.
Menyempatkan mampir di penjual nasi kuning langganan setiap pagi sebelum kekantor merupakan rutinitas harian ku, penjual nasi kuning dan soto banjar ini sebenarnya adalah sebuah bengkel namanya bengkel SAHABAT pas samping Cafe Mella jualan donat yang sangat unik karena bisnis donat ini di gerakkan oleh komunitas Tuna Rungu dan Wicara, kamu harus menggunakan bahasa isyarat di sini.
Terlibat dalam sebuah percakapan ringan di pagi yang cerah ini dengan pasangan paru baya yang mengendarai mobil proton berwarna merah tampaknya mereka adalah pelaku bisnis, ketertarikan mereka dengan perkembangan bisnis di jalan sunu pertanyaan mereka seputar harga tempat bisnis, sang penjual nasi kuning tersebut memberikan rincian bahwa ruko dua lantai miliknya di sewakan untuk usaha kecil masih satu atap dengan ruko mereka adalah 35 jutaan setahun, wow berdecak kagum dengan harga tersebut, jika untuk membuat usaha yang serius bukanlah masalah buat para pebisnis seperti pasangan paruh baya tersebut.
Masih seputar bisnis, kamu tau tidak coto dewi yang pas berhadapan dengan mesjid Al markaz Al Islami, ada rumah kecil di sampingnya sekarang sudah di rubah menjadi lokasi bisnis mereka juga, konon dia membelinya 1 milyar *tepok jidad, dulunya gubuk mungkin sang pemilik dulu lebih memilih uang 1 milyar dan membeli BTN yang type 45 dengan segala fasilitas ketimbang hidup di gubuk yang tak kunjung berubah, menurut ku itu langkah yang benar.
Mengarungi Atmosfir bisnis di jalan sunu sangatlah menarik, keluarga kami pun telah membangun bisnis semenjak kami belum lahir, tepat nya kluarga istriku :ngakaks , sebuah tempat yang strategis dan menjanjikan di tunggu saja yah dalam waktu dekat akan ada ekspansi bisnis kluarga lagi yaitu Pisang Ijo Amanda (promosi) bangga bisa tinggal disana ini bukti bahwa makassar saat ini sudah tidak tidur.
0 Komentar:
Posting Komentar